Informasi

Informasi
i

Dakwah Multikultural: Respons terhadap Globalisasi

 



Dakwah multikultural muncul sebagai respons terhadap perubahan globalisasi dan perkembangan politik praktis, menciptakan masyarakat majemuk dengan berbagai budaya dan etnis. Dalam konteks ini, dakwah perlu aktif berinteraksi dengan komunitas di seluruh dunia, karena persoalan global adalah tanggung jawab bersama. Di tengah tantangan modern, isu hak sipil dan pengakuan minoritas semakin menjadi sorotan penting di banyak negara.

Pendekatan dakwah konvensional sering kali tidak cukup untuk menjangkau masyarakat yang semakin kompleks. Oleh karena itu, dakwah multikultural berakar dari dakwah kultural, yang mengakui eksistensi kultur dan kearifan lokal tanpa bertentangan dengan tauhid. Pendekatan ini fokus pada penyampaian pesan Islam dalam masyarakat plural, tanpa merusak pluralitas budaya dan keyakinan. Multikulturalisme melihat keragaman sebagai keunikan yang harmonis, bukan untuk disatukan secara paksa. Tujuannya adalah mencapai titik temu dan toleransi dalam perbedaan.

Karakteristik Dakwah Berbasis Multikulturalisme

Dakwah multikulturalisme memiliki empat ciri khas yang membedakannya:

  1. Mengakui dan Menghargai Keunikan: Keragaman budaya dan keyakinan adalah fakta yang harus diterima dan dihargai. Setiap keyakinan dan budaya dianggap unik dan "teman seperjalanan". Ini berbeda dari pandangan relativisme, di mana semua kepercayaan dianggap setara tanpa mempertimbangkan nilai-nilai fundamental.

  2. Titik Kesamaan dalam Keragaman: Dalam keragaman etno-religio, terdapat nilai-nilai universal seperti cinta, kebenaran, dan keadilan yang menjadi titik temu antarbudaya dan agama. Meskipun ada perbedaan yang tidak dapat dikompromikan, multikulturalisme berupaya mengelola konflik dan belajar untuk hidup berdampingan.

  3. Paradigma Keberagamaan sebagai Kultur: Tingkah laku beragama dipahami sebagai fenomena budaya. Agama dan budaya saling memengaruhi; tidak ada agama yang sepenuhnya bebas dari budaya. Pendekatan ini mendukung toleransi, harmoni sosial, dan kerja sama untuk kebaikan bersama.

  4. Progresivisme dan Dinamisme: Perilaku beragama bersifat dinamis dan terus berkembang seiring pemahaman dan interaksi. Wujud empirik agama tidak dianggap mutlak suci, melainkan konstruksi-kontekstual. Multikulturalisme menolak pandangan esensialisme eksklusif yang menghakimi perbedaan.

Dengan memahami karakteristik ini, dakwah multikultural menjadi alat penting untuk membangun hubungan yang harmonis di tengah keberagaman, menjunjung tinggi nilai-nilai universal, dan mengembangkan toleransi dalam masyarakat yang kompleks.



Dakwah Multikultural: Respons terhadap Globalisasi Dakwah Multikultural: Respons terhadap Globalisasi Reviewed by SAPA NUSANTARA on Juli 23, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.